STRUKTUR ORGANISASI
FAKULTAS PSIKOLOGI – JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
1
Nama : Ira Puspitawati
Jabatan : Ketua Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 543
2
Nama : Dona Eka Putri
Jabatan : Sekretaris Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
3
Nama : Mahargyantari Purwani Dewi
Jabatan : Staf Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
4
Nama : Betty Yuliani Silalahi
Jabatan : Staf Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
5
Nama : Kenes Pranandari
Jabatan : Staf Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
6
Nama : Aliva Kemala
Jabatan : Staf Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
7
Nama : Warda Lisa
Jabatan : Staf Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
8
Nama : Nurul Qomariyah
Jabatan : Staf Jurusan
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 442
9
Nama : Trida Cynthia
Jabatan : Kepala laboratorium
Lokasi
: Kampus Depok-Margonda,Ruang
421,telp
(021)78881112 ext 462
Lembaga Pengembagan Psikologi (LePPsi)
*Kepala LePPsi Nama : Hendro Prabowo,Spsi E-mail :
Ndarulah[at]staff.gunadarma.ac.id Homesite
:http://staffsite.gunadarma.ac.id/ndarulah
Visi
· Pada tahun 2012 Menjadi program studi Psikologi terkemuka di Indonesia yang mampu mengikuti perkembangan jaman dengan memadukan ilmu dan terapan psikologi dengan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang kontribusinya di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diakui (recognized), baik di tingkat regional maupun internasional.
Misi
· Menyelenggarakan kegiatan pendidikan sarjana psikologi melalui proses belajar mengajar yang kondusif, pengembangan kurikulum, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kegiatan akademis yang professional dan berkinerja tinggi berbasis teoritis-analitis-praktis.
· Melaksanakan program studi Psikologi jenjang strata satu yang terintegrasi dan berkelanjutan.
· Menjalin kerjasama antar program studi di dalam lingkungan Universitas Gunadarma (Resources sharing).
· Menjalin kerjasama dengan program studi psikologi dari Universitas lain di manca negara
· Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing tinggi dalam penerapan psikologi di berbagai aspek kehidupan, khususnya telaah mengenai pengaruh teknologi informasi dalam perilaku manusia sehingga dapat sesuai dengan perkembangan jaman
Visi
· Pada tahun 2012 Menjadi program studi Psikologi terkemuka di Indonesia yang mampu mengikuti perkembangan jaman dengan memadukan ilmu dan terapan psikologi dengan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang kontribusinya di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diakui (recognized), baik di tingkat regional maupun internasional.
Misi
· Menyelenggarakan kegiatan pendidikan sarjana psikologi melalui proses belajar mengajar yang kondusif, pengembangan kurikulum, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kegiatan akademis yang professional dan berkinerja tinggi berbasis teoritis-analitis-praktis.
· Melaksanakan program studi Psikologi jenjang strata satu yang terintegrasi dan berkelanjutan.
· Menjalin kerjasama antar program studi di dalam lingkungan Universitas Gunadarma (Resources sharing).
· Menjalin kerjasama dengan program studi psikologi dari Universitas lain di manca negara
· Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing tinggi dalam penerapan psikologi di berbagai aspek kehidupan, khususnya telaah mengenai pengaruh teknologi informasi dalam perilaku manusia sehingga dapat sesuai dengan perkembangan jaman
Tujuan
Para lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma diharapkan mempunyai wawasan pengetahuan dan skill yang tinggi, sehingga mampu menyerap dan menerapkan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan berkembang, sehingga akan merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Dengan lama pendidikan 8 semester, lulusan dari program studi psikologi diharapkan memiliki :
1. Persyaratan minimal penguasaan Ilmu dan Metodologi Dasar dalam Psikologi, seperti :
o Psikologi Umum
o Psikologi Perkembangan
o Psikologi Sosial
o Psikologi Kepribadian
o Dasar-dasar Psikodiagnostik
o Ilmu-ilmu Sosial
o Ilmu Faal/Biologi
o Metodologi Penelitian
o Statistika
o Psikologi Eksperimen
o Penulisan Skripsi
2. Kompetensi
o Mempunyai perhatian dan kepedulian pada pluralisme manusia dan masyarakat.
o Mempunyai basis pengetahuan yang luas dan dalam meliputi aspek ilmu sosial dan aspek ilmu alam psikologi.
o Menumbuhkan kompetensi metodologis meliputi : pengetahuan tentang statistik, pengetahuan tentang metode penelitian ilmiah dan pengetahuan tentang metode psikometrik.
o Mempunyai pengalaman dan kesempatan untuk melakukan aplikasi praktis dengan mengintegrasikan penelitian, teori dan praktek baik dalam situasi laboratorium maupun dalam situasi kehidupan nyata.
o Mempunyai ketrampilan komunikasi efektif.
o Mempunyai kepekaan pada masalah-masalah etis
1DB05
NAMA KELOMPOK :
ALDIANSYAH KURNIA PUTRA (30114752)
OCTA TRI WIJANARKO (38114306)
1.Teori kepemimpinan yang relevan
Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisis konflik sosial, mereka melihatnya konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.
· Pada tahun 2012 Menjadi program studi Psikologi terkemuka di Indonesia yang mampu mengikuti perkembangan jaman dengan memadukan ilmu dan terapan psikologi dengan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang kontribusinya di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diakui (recognized), baik di tingkat regional maupun internasional.
Misi
· Menyelenggarakan kegiatan pendidikan sarjana psikologi melalui proses belajar mengajar yang kondusif, pengembangan kurikulum, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kegiatan akademis yang professional dan berkinerja tinggi berbasis teoritis-analitis-praktis.
· Melaksanakan program studi Psikologi jenjang strata satu yang terintegrasi dan berkelanjutan.
· Menjalin kerjasama antar program studi di dalam lingkungan Universitas Gunadarma (Resources sharing).
· Menjalin kerjasama dengan program studi psikologi dari Universitas lain di manca negara
· Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing tinggi dalam penerapan psikologi di berbagai aspek kehidupan, khususnya telaah mengenai pengaruh teknologi informasi dalam perilaku manusia sehingga dapat sesuai dengan perkembangan jaman
Visi
· Pada tahun 2012 Menjadi program studi Psikologi terkemuka di Indonesia yang mampu mengikuti perkembangan jaman dengan memadukan ilmu dan terapan psikologi dengan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang kontribusinya di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diakui (recognized), baik di tingkat regional maupun internasional.
Misi
· Menyelenggarakan kegiatan pendidikan sarjana psikologi melalui proses belajar mengajar yang kondusif, pengembangan kurikulum, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kegiatan akademis yang professional dan berkinerja tinggi berbasis teoritis-analitis-praktis.
· Melaksanakan program studi Psikologi jenjang strata satu yang terintegrasi dan berkelanjutan.
· Menjalin kerjasama antar program studi di dalam lingkungan Universitas Gunadarma (Resources sharing).
· Menjalin kerjasama dengan program studi psikologi dari Universitas lain di manca negara
· Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing tinggi dalam penerapan psikologi di berbagai aspek kehidupan, khususnya telaah mengenai pengaruh teknologi informasi dalam perilaku manusia sehingga dapat sesuai dengan perkembangan jaman
Tujuan
Para lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma diharapkan mempunyai wawasan pengetahuan dan skill yang tinggi, sehingga mampu menyerap dan menerapkan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan berkembang, sehingga akan merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Dengan lama pendidikan 8 semester, lulusan dari program studi psikologi diharapkan memiliki :
1. Persyaratan minimal penguasaan Ilmu dan Metodologi Dasar dalam Psikologi, seperti :
o Psikologi Umum
o Psikologi Perkembangan
o Psikologi Sosial
o Psikologi Kepribadian
o Dasar-dasar Psikodiagnostik
o Ilmu-ilmu Sosial
o Ilmu Faal/Biologi
o Metodologi Penelitian
o Statistika
o Psikologi Eksperimen
o Penulisan Skripsi
2. Kompetensi
o Mempunyai perhatian dan kepedulian pada pluralisme manusia dan masyarakat.
o Mempunyai basis pengetahuan yang luas dan dalam meliputi aspek ilmu sosial dan aspek ilmu alam psikologi.
o Menumbuhkan kompetensi metodologis meliputi : pengetahuan tentang statistik, pengetahuan tentang metode penelitian ilmiah dan pengetahuan tentang metode psikometrik.
o Mempunyai pengalaman dan kesempatan untuk melakukan aplikasi praktis dengan mengintegrasikan penelitian, teori dan praktek baik dalam situasi laboratorium maupun dalam situasi kehidupan nyata.
o Mempunyai ketrampilan komunikasi efektif.
o Mempunyai kepekaan pada masalah-masalah etis
1DB05
NAMA KELOMPOK :
ALDIANSYAH KURNIA PUTRA (30114752)
OCTA TRI WIJANARKO (38114306)
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan itu termasuk kedalam suatu kerja
sama didasarkan kepada kemampuan orang tersebut, dan kepemimpinan itu juga di
ratikan oleh para pendapat ilmuwan diantaranya :
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono,
2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership
tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karenapemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
1.Teori kepemimpinan yang relevan
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki
pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
– pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa
kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
– kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang,
analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai
kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada
relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan)
dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai
rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2.
Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
a.
konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah
tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di
samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
b.
berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada
bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut
model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada
pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku
setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan
(JAF.Stoner, 1978:442-443)
3.
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan
oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.
Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri
kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan
dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi
kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan
keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri
kepemimpinan yang menonjol ketegasan
disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin
bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik
disertai perilaku memberikan perhatian
pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b.
Model ” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan
seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya
dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang
bersangkutan.
Seorang
akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan
baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun
pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c.
Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat
untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi
kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang
berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d.
Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang efektif menurut model
ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan.
Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang
harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi
bawahannya.
e.
Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku
pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu
disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan
dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
Menurut
saya kedalam teori perilaku karena saya lebih mementingkan keberhasilan
bersama dari pada sendiri dan solidaritas diantara sesama diutamakan
agar dapat tercapainya tujuan.
2.Identifikasi gaya dan model kepemimpinan
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah
seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi
• Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima kritik, saran, dan
pendapat
• Terlalu bergantung kepada kekuasaan
formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat
menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe
militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam
menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan
dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih-
lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai
acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil
menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui
adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan
karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang
kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
• Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai
sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja
bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama
tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
• Organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang
dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering
melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif
dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
• Dalam proses penggerakkan bawahan selalu
bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
para bawahannya
• Senang menerima saran, pendapat bahkan
kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya
lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan
kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya
sebagai pemimpin
• Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam
menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan
keputusan.
Menurut
saya termasuk tipe demokratis karena saya lebih senang dengan teamwork
dari pada individu karena lebih efektif dan saya lebih mengutamakan
kerjasama untuk mencapai tujuan.
3.Analisis
. . Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership) didasari
pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat
dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada
teoribehaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan
pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang
bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.
T terdapat
beberapa teori kepemimpinan yang muncul dengan analisis pendekatan perilaku.
. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang dapat
mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan
komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan kontrol dan
seterusnya
Referensi
>
http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
>http://sap.gunadarma.ac.id/
>
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
Aldiansyah Kurnia Putra (30114752)
1DB05
www.studentsite.gunadarma.ac.id
TEORI TEORI MOTIVASI
Motivasi
merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau
keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata
lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang
yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi
dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik
adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan
karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang
melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen
diluar pekerjaan yang melekat di
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi
seperti status ataupun kompensasi.
Banyak
teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk
memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan
dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan
teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan,teori
penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori penetapan sasaran.
A. TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW
(1943-1970)
Abraham
Maslow (1930-1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari
tingkatan terba!ah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan hirarki kebutuhan Maslow,
dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. kebutuhan
pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan
pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
·
kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
·
kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
·
kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi
dengan orang lain, diterima, memiliki
·
kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan)
·
kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif/ mengetahui, memahami, dan
menjelajahi' kebutuhan estetik/ keserasian, keteraturan, dan keindahan'
kebutuhan aktualisasi diri/ mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang
signifikan. orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat
estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan
mudah. karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat
yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan
rasa aman.
B. TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut her2berg
(1996) ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan
diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor
ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). faktor higiene memotivasi
seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan
antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya faktor ekstrinsik,
sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencai kepuasan,
yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
C. TEORI MOTIVASI DOUGLAS
McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan
manusia yaitu teori X(negative) dan teori y
(positif), Menurut teori 6 empat pengandaian yang dipegang manajer
a) karyawan
secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b) karyawan
tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk
mencapai tujuan.
c) karyawan
akan menghindari tanggung jawab.
d) kebanyakan
karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
kontras dengan pandangan negative
ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y
a) karyawan
dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b) orang
akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c) rata
rata orang akan menerima tanggung jawab.
d) kemampuan
untuk mengambil keputusan inovatif.
D. TEORI MOTIVASI VROOM (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang
cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan
melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil
dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
·
Ekspektasi
"harapan* keberhasilan pada suatu tugas
·
Instrumentalis,
yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan
suatu tugas "keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu.
·
Valensi,
yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi
tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah
jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan
E. Achievemnt Theory (Teori
achievement) Mc Clelland(1961)
Yang dikemukana oleh Mc Clelland
(1961), menyatakan bahwa ada ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan
manusia, yaitu:
·
Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
·
Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan
sosial/hampir sama dengan soscialneednya Maslow)
·
Need for power (dorongan untuk mengatur)
F. Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan
teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan
(exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhgan(growth). Teori ini
sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alferde mengemukakan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan
kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu
dari situasi kesituasi.
-Teori yang relevan dengan anda
?
Menurut saya teori yang relevan
dengan saya adalah TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW karena motivasi yang tercipta dimulai
dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks yang
hanya akan penting.
-Identifikasi teori motivasi
yang ada pada diri anda ketika bekerja?
Dalam bekerja kerjasama yang
ditingkatkan, komit pada sasaran, bertanggung jawab, kemampuan pengambilan
keputusan.
-Analisis
Ada tiga motivasi utama yang
sering diajukan, yaitu :
1. Model Tradisional, sering
disebut model klasik, dicetuskan oleh Frederick Winslow Taylor. Model ini menyatakan
bahwa motivasi pada seseorang hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan
fisik atau biologis saja. Khususnya untuk pekerja hanya dapat dimotivasi dengan
imbalan uang.
2. Model Human Relation,
diartikan sebagai model hubungan manusiawi dengan penekanan pada kontak sosial
merupakan kebutuhan bagi manusia yang bekerja dalam suatu organisasi. Model ini
dicetuskan oleh Elton Mayo sebagai akibat kejenuhan karyawan dalam melakukan
pekerjaan yang sama secara berulang. Elton Mayo menekankan pada pentingnya
pengakuan atau penghargaan terhadap kebutuhan sosial pekerja.
3. Model Sumberdaya Manusia,
dengan penekanan pada motivasi tidak hanya oleh masalah pemenuhan kebutuhan
biologis saja akan tetapi juga kebutuhan mendapatkan kepuasan.
-Refensi
http://www.academia.edu/5761892/TEORI_TEORI_MOTIVASI
Aldiansyah kurnia putra
(30114752)
1DB05
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan
sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa
perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori ini didasarkan pada
pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat
Asumsi dasar
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya
teori struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh
atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an,
teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap
teori struktural fungsional
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar
tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas
secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad
ke- 19 di Eropa di mana dia hidup,
terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai
kelas proletar.Kedua kelas ini berada dalam suatu
struktur sosial hirarkis, kaum borjuis
melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Eksploitasi ini
akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness)
dalam diri proletar, yaitu berupa rasa
menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan
antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu
revolusi. Ketegangan
tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis
terhadap mereka.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini.
Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural
fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik
melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di
dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam
masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau
ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat.
Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas
yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan
antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya
perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu
agar terciptanya perubahan
sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan
sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan.
Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan
bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang
dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan
“paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena
adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya
dengan dominasi, koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang
berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.
Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser
Sejarah Awal
Selama lebih dari dua puluh
tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa
model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dengan
beberapa ahli sosiologi yang menegaskan
eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan teori konflik),
coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua pendekatan
tersebut.
Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisis konflik sosial, mereka melihatnya konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.
Seperti halnya Simmel, Coser
tidak mencoba menghasilkan teori menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial. Karena ia yakin bahwa setiap usaha untuk
menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena
sosial adalah premature (sesuatu yang sia- sia. Memang Simmel tidak
pernah menghasilkan risalat sebesar Emile Durkheim, Max Weber atau Karl Marx. Namun,
Simmel mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk menyempurnakan
dan mengembangkan bentuk- bentuk atau konsep- konsep sosiologi di mana isi
dunia empiris dapat ditempatkan. Penjelasan tentang teori
knflik Simmel sebagai berikut:
- Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat. Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang mencakup pelbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisah- pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis.
- Menurut Simmel konflik tunduk pada perubahan. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi- kondisi di mana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.
Inti Pemikiran
Konflik dapat merupakan
proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan
struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua
atau lebih kelompok. . Konflik dengan kelompok
lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak
lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif
konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional (yang memepertahankan praktik-
praktik ajaran katolik pra- Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang
berpisah dengan gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita). [5]Perang yang terjadi
bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identitas
kelompok Negara Arab
dan Israel.
Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang
meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak
yang bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat
(savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat
merupakan sebuah institusi
pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur.
Contoh:
Badan Perwakilan Mahasiswa atau panitia kesejahteraan Dosen. Lembaga tersebut
membuat kegerahan yang berasal dari situasi konflik tersalur tanpa
menghancurkan sistem tersebut.
|
Menurut Coser konflik dibagi
menjadi dua, yaitu:
- Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
- Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Menurut Coser terdapat suatu
kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa sikap permusuhan
atau agresi.
Contoh: Dua
pengacara yang selama masih menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah
lulus dan menjadi pengacara dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut
mereka untuk saling berhadapan di meja hijau. Masing- masing secara agresif
dan teliti melindungi kepentingan kliennya, tetapi setelah meniggalkan
persidangan mereka melupakan perbedaan dan pergi ke restoran untuk
membicarakan masa lalu.
|
Akan tetapi apabila konflik
berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka pemisahan (antara konflik
realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan. Coser
mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih saying
yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan
ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan
sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif
bebas diungkapkan. [ Hal ini tidak selalu
bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para
partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi
hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut
benar- benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan
hubungan tersebut.
Contoh:
Seperti konflik antara suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih.
|
Coser . Mengutip hasil
pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok. Dia menjelaskan bukti
yang berasal dari hasil pengamatan terhadap masyarakat Yahudi bahwa peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan
dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik dalam
kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok
tersebut dengan masyarakat.
Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group merupakan indikator
adanya suatu hubungan yang sehat. Coser sangat menentang
para ahli sosiologi yang selalu melihat
konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan
peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Dengan demikian Coser
menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan
kestabilan suatu hubungan.
Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf
Sejarah Awal
Bukan hanya Coser saja yang
tidak puas dengan pengabaian konflik dalam pembentukan teori sosiologi.segera
setelah penampilan karya Coser , seorang ahli sosiologi Jerman bernama Ralf Dahrendorf menyadur teori kelas dan
konflik kelasnya ke dalam bahasa inggris
yang sebelumnya berbahasa Jerman agar lebih
mudah difahami oleh sosiolog Amerika yang tidak faham bahasa
Jerman saat kunjungan singkatnya ke Amerika Serikat (1957- 1958). Dahrendorf tidak
menggunakan teori Simmel melainkan membangun teorinya dengan separuh
penerimaan, separuh penolakan, serta memodifikasi teori sosiologi Karl Marx. Seperti halnya Coser,
Ralf Dahrendorf mula- mula melihat teori konflik sebagai teori parsial,
mengenggap teori tersebut merupakan perspektif yang dapat dipakai untuk
menganalisis fenomena sosial. Ralf Dahrendorf
menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama.
Inti Pemikiran
Teori konflik Ralf Dahrendorf
merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori
sosiologi Karl Marx. Karl Marx berpendapat
bahwa pemilikan dan Kontrol sarana- sarana berada dalam satu individu- individu
yang sama.
Menurut Dahrendorf tidak
selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada
abad kesembilan belas. Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan
perubahan yang terjadi di masyarakat industri semenjak abad kesembilan
belas. Diantaranya:
- Dekomposisi modal
Menurut Dahrendorf timbulnya
korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak
seorangpun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal.
Dekomposisi tenaga.
- Dekomposisi Tenaga kerja
Di abad spesialisasi sekarang
ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang
bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai
perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian
dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk
memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik.
- Timbulnya kelas menengah baru
Pada akhir abad kesembilan
belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh
terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.
Penerimaan Dahrendorf pada
teori konflik Karl Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas sebagai satu
bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Kemudian dimodifikasi
oleh berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir- akhir ini. Dahrendorf
mengatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti
konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu. Menurut
Dahrendorf hubungan- hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan
menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.
Dahrendorf mengakui terdapat
perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu
dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat dua kelas
sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisisnya
Dahrendorf menganggap bahwa secara empiris, pertentangan kelompok mungkin
paling mudah di analisis bila dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi
hubungan- hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi,
kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai- nilai yang merupakan ideologi
keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan- kepentingan kelompok bawah
melahirkan ancaman bagi ideologi
ini serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.
Contoh:
Kasus kelompok minoritas yang pada tahun 1960-an kesadarannya telah memuncak,
antara lain termasuk kelompok- kelompok kulit hitam, wanita, suku Indian dan Chicanos. Kelompok wanita sebelum tahun
1960-an merupakan kelompok semu yang ditolak oleh kekuasan di sebagian besar
struktur sosial di mana mereka berpartisipasi. Pada pertengahan tahun 1960-an
muncul kesadaran kaum wanita untuk menyamakan derajatnya dengan kaum laki-
laki.
|
Referensi
id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik
Kreativitas
adalah merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk
memberi ide kreativ dalam memecahkan masalah atau sebagai kemampuan
untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah
ada sebelumnya.
Pendapat Lain tentang kreativitas adalah segala kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Seputar Pengertian Kreativitas
Seputar Pengertian Kreativitas
Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Daya cipta di masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.Dikutup Dari Wikipedia.com
Umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
Secara Umum Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. yang dapat berupa imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman. Dapat mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru.
Berdasarkan penjelasan diatas, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Proses untuk menghasilkan hal baru tersebut dapat berasal dari proses imajinatif dari penciptanya sendiri, dapat juga berasal dari informasi dan pengalaman sebelumnya mengenai hal yang akan diciptakan, kemudian pencipta melakukan penggabungan dan pembaharuan dari karya maupun gagasan yang pernah ada untuk mengahasilkan karya maupun gagasan yang baru, dan berbeda dengan karya yang telah ada sebelumnya.
Kreativitas sebagai sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Pengertian ini lebih menekankan aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang baru yang relative berbeda dari yang sudah ada, berdasarkan data yang ada yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir dan kemampuan mengelaborasi. Produk hasil kreativitas ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, tetapi dapat berupa gabungan dari data-data atau unsur-unsur yang telah ada sebelumnya sehingga menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Pendapat Lain tentang kreativitas adalah segala kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Seputar Pengertian Kreativitas
Seputar Pengertian Kreativitas
Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Daya cipta di masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.Dikutup Dari Wikipedia.com
Umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
Secara Umum Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. yang dapat berupa imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman. Dapat mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru.
Berdasarkan penjelasan diatas, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Proses untuk menghasilkan hal baru tersebut dapat berasal dari proses imajinatif dari penciptanya sendiri, dapat juga berasal dari informasi dan pengalaman sebelumnya mengenai hal yang akan diciptakan, kemudian pencipta melakukan penggabungan dan pembaharuan dari karya maupun gagasan yang pernah ada untuk mengahasilkan karya maupun gagasan yang baru, dan berbeda dengan karya yang telah ada sebelumnya.
Kreativitas sebagai sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Pengertian ini lebih menekankan aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu yang baru yang relative berbeda dari yang sudah ada, berdasarkan data yang ada yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir dan kemampuan mengelaborasi. Produk hasil kreativitas ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, tetapi dapat berupa gabungan dari data-data atau unsur-unsur yang telah ada sebelumnya sehingga menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar