Pernahkah anda merasa kalah saat
melawan komputer ketika sedang bermain sebuah game permainan catur? Nah, jika
anda pernah mengalami hal tersebut, anda pasti langsung berpikir bahwa bukankah
manusia memiliki kecerdasan sedangkan komputer hanyalah sebuah sistem, bagaimana
mungkin hal seperti itu bisa terjadi? Hal tersebut adalah contoh sederhana dari kecerdasan buatan yang
ada pada permainan catur di dalam sistem komputer.
Yah, seperti yang kita ketahui bahwa dunia teknologi memang tidak
pernah berhenti untuk mengeluarkan inovasi-inovasi canggih, termasuk yang
seperti di atas, yaitu teknologi yang menggunakan sistem kecerdasan buatan atau
lebih sering disebut Artifical Intelligence (AI).
Nah, untuk anda yang masih bingung mengenai apa itu Artifical
Intelligence atau kecerdasan buatan, silahkan simak penjelasannya mengenainya
di bawah ini.
Apa Itu Kecerdasan Buatan?
Kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) adalah
kemampuan komputer untuk bertindak seperti manusia. Termasuk beberapa aplikasi,
perangkat lunak simulasi dan Robotika. Namun kecerdasan buatan yang paling
sering digunakan dalam video games, dimana komputer dibuat untuk bertindak
sebagai pemain lain.
Kecerdasan buatan juga sering digunakan dalam berbagai macam video
game, termasuk board games, side-scrollers, dan 3D action games. AI juga memainkan
peran besar dalam sport games, seperti permainan sepak bola dan bola basket.
Karena kompetisi hanya sebagai baik sebagai komputer artificial intelligence,
AI adalah aspek yang penting dari sebuah permainan.
Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk
cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku,
pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam AI
menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan
perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan
penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta
pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah.
Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri yang
memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah kehidupan yang nyata.
Sistem AI sekarang ini sering digunakan dalam bidang ekonomi, obat-obatan,
teknik dan militer, seperti yang telah dibangun dalam beberapa aplikasi
perangkat lunak komputer rumah dan video game. Kecerdasan buatan ini bukan
hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan tetapi juga mengkonstruksinya.
Secara sederhana AI adalah teknik dan ilmu untuk membuat suatu
mesin menjadi cerdas, terutama untuk program komputer. Kecerdasan yang dimaksud
adalah kecerdasan seperti yang dimiliki manusia, sehingga sebuah komputer dapat
mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah dengan pemikiran seperti seorang
manusia.
Tujuan penilitian dari AI meliputi penalaran, pengetahuan,
perencanaan, pembelajaran, pemrosesan bahasa alami, persepsi dan kemampuan
untuk mengerakan dan memanipulasi objek. Kecerdasan umum adalah salah satu
tujuan jangka panjang dari AI. AI sudah menciptakan sejumlah besar alat untuk
menyelesaikan masalah yang sulit pada bidang komputer. Bidang AI mengacu pada
ilmu komputer, matematika, psikologi, linguistik, filsafat, ilmu saraf,
psikologi buatan dan banyak lainnya.
Konsep Pembuatan Kecerdasan Buatan
Turing Test
Turing Test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang
dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua
obyek yang ditanyai. Yang satu adalah seorang manusia dan satunya adalah sebuah
mesin yang akan diuji. Penanya tidak dapat melihat langsung kepada obyek yang
ditanyai. Penanya diminta untuk membedakan mana jawaban komputer dan mana
jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua obyek tersebut. Jika penanya tidak
dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana jawaban manusia maka Turing
berpendapat bahwa mesin yang diuji tersebut dapat diasumsikan cerdas.
Pemrosesan Simbolik
Komputer semula didesain untuk memproses bilangan atau angka-angka
(pemrosesan
numerik). Sementara manusia dalam berpikir dan menyelesaikan masalah lebih
bersifat simbolik, tidak didasarkan pada sejumlah rumus atau melakukan
komputasi matematis. Sifat penting dari Al adalah bahwa Al merupakan bagian
dari ilmu komputer yang melakukan proses secara simbolik dan non-algoritmik
dalam penyelesaian masalah.
Heuristic
Istilah heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti
menemukan. Heuristic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian (search) ruang
problem secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di
sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar.
Penarikan Kesimpulan
Al mencoba membuat mesin memiliki kemampuan berpikir atau
mempertimbangkan (reasoning). Kemampuan
berpikir (reasoning) termasuk di
dalamnya proses penarikan kesimpulan (inferencing) berdasarkan
fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristik atau metode
pencarian lainnya.
Pencocokan Pola
AI bekerja dengan metode pencocokan pola (Pattern
Matching) yang berusaha untuk menjelaskan obyek, kejadian (events) atau proses,
dalam hubungan logik atau komputasional.
Jenis Penerapan Kecerdasan Buatan
Pada implementasinya, AI diterapkan dalam bentuk algoritma yang
kemudian algoritma tersebut direalisasikan dalam bentuk program komputer.
Berikut ini penerapan AI dalam beberapa sistem, yaitu:
Pengenalan Suara (Speech
Recognition)
Komputer yang mampu mengenali suara manusia mulai dapat
direalisasikan. Perintah tidak lagi di-input dengan cara mengetik, tetapi
melalui perintah suara user. Realisasi nyata dari kecerdasan buatan ini kini
dapat ditemui secara luas pada smartphone.
Sistem Pakar (Expert System)
Ini memungkinkan sistem untuk mengambil keputusan atau melakukan
pekerjaan berdasarkan pengetahuan (knowledge) yang sudah ditanamkan sebelumnya.
Misalnya, komputer dapat mendiagnosis penyakit dengan memasukkan gejala-gejala
yang dialami pasien.
Visualisasi Komputer (Computer
Vision)
Sama halnya dengan mengenali suara, kecerdasan buatan pada
visualisasi ini memungkinkan mesin untuk mengenali input visual. Pada
praktiknya, robot yang dibekali kecerdasan visual sekalipun masih belum mampu
mengungguli kecerdasan manusia dalam mengenali gambar.
Permainan (Game Play)
Pada permainan yang memiliki fasilitas user melawan komputer,
sebagai mesin hitung komputer mampu melakukan kalkulasi sangat cepat. Oleh
karena itu, dalam permainan, komputer dapat mengetahui berbagai kemungkinan
peristiwa dan memutuskan langkah yang paling efektif untuk memenangkan
permainan.
Teknologi Kecerdasan Buatan Yang Membantu Pekerjaan Manusia
- Smacc
Smacc mungkin bukan teknologi pertama yang membantu manusia
melakukan digitalisasi proses akuntansi, namun teknologi sebelumnya masih butuh
bantuan manusia untuk melakukan input data secara manual. Dengan Smacc, klien
cukup menyerahkan bon dan dokumen yang dibutuhkan. Smacc akan mengubah data ini
menjadi format yang kompatibel untuk dibaca mesin ini, melakukan enkripsi dan
perhitungan sesuai kebutuhan.
- Babylon
Diagnosa penyakit sendiri mungkin tidak disarankan oleh pekerja
medis profesional, namun seiring perkembangan zaman, robot dan aplikasi
konsultasi kesehatan mulai meraih kepopuleran, misalnya aplikasi Alodokter di
Indonesia. Aplikasi robot Babylon selain dapat melayani konsultasi personal
juga dapat menjadi asisten yang menyimpan data kesehatan Anda untuk keperluan
masa depan. Layanan kesehatan publik Inggris (British National Health Service)
pun sedang melakukan tes terhadap efektivitas Babylon.
- Alpha 2
Ini merupakan jenis robot pembantu pekerjaan rumah tangga buatan
perusahaan China, UBTech Robotics. Hanya dengan ucapan perintah, Alpha 2 dapat
melakukan berbagai pekerjaan dari pekerjaan rumah tangga, melaporkan laporan
cuaca, hingga menari dan membacakan cerita sebelum tidur untuk anak-anak.
Dengan teknologi kecerdasan yang semakin banyak, ke depan akan dikembangkan
lebih banyak fungsi dari Aplha 2.
“Robot penting dalam menyediakan
layanan di rumah yang baik dan bersahabat bagi keluarga dan anak-anak. Bagi
orang tua yang merasa sulit untuk mengambil remote control atau menyalakan AC,
hal-hal ini bisa dilakukan oleh robot,” ujar Li Zhen, General Manager
Departemen Merek UBTech.
- Robot Lengan Manusia
Jenis robot ini bernama Bestic. Robot yang bertugas sebagai
pengganti lengan manusia dalam mengerjakan berbagai hal, seperti menyuap
makanan ke mulut orang yang mengalami kesusahan menggerakkan tangan, atau
lumpuh dan membantu dalam operasi bedah. Bestic dikembangkan oleh perusahaan
asal Swedia, Camanio Care.
Kini pemerintah China tengah melirik Bestic yang digunakan untuk
membantu di 10 panti jompo China dan membantu operasi bedah metode Da Vinci.
Harga jual dari Bestic di Eropa mencapai 4.000 euro, namun harga di China masih
belum diputuskan.
Lu Tonghua, Manajer Produk Zhongrui Funing Robotics Technology
Beijing, mengatakan cara kerja Bestic ke depan akan disesuaikan dengan
kebiasaan makan orang China di masa depan. “Bestic akan dikembangkan lebih
dalam untuk disesuaikan dengan cara makan orang China khususnya lansia Cina
yang suka makan sup atau mi tidak hanya membutuhkan sendok, namun juga sumpit,” ujar Lu.
- Robot Kurir
Melihat bahwa sektor logistik mampu menyumbang Produk Domestik Bruto
(PDB) China sebesar 14,9 persen pada tahun 2016, platform e-commerce China,
JD.com mengembangkan robot kurir berbentuk drone. Robot kurir berbobot 200 kg
yang dikembangkan JD.com mampu menghindari rintangan, terutama masalah
kemacetan di daerah perkotaan.
Kini JD.com sedang mengembangkan pesawat tak berawak yang bisa
mengirimkan paket dengan melewati pegunungan, sungai dan hutan di daerah
pedesaan terpencil. Manajer Senior Humas JD.com, Zhang Zhitong, mengatakan
peran robot kurir sangatlah penting, bahkan dia menganggap revolusi teknologi
tidak akan menyebabkan pengangguran karena dalam merawat robot masih
membutuhkan tenaga dari manusia.
“Revolusi teknologi tidak akan
menyebabkan pengangguran, akan mendorong orang untuk menyesuaikan diri dengan
pekerjaan baru. Pekerja pengiriman dapat belajar mengelola dan memelihara robot
atau pesawat terbang,” kata Zhang.
Bagaimana Jika Kehidupan Masa Depan Dipenuhi Kecerdasan Buatan?
Bayangkan jika general AI menguasai dunia di masa depan. Suasana
futuristik tentu saja hinggap pada fantasi kita, di mana segala hal yang kita
lakukan, mulai dari memasak hingga mengelola sistem yang kompleks seperti
jaringan perkapalan global, akan dengan mudah dilakukan dengan bantuan AI.
Namun seiring dengan makin hebatnya kemampuan AI dan semakin umum
fungsinya, potensinya untuk berjalan ke arah yang “salah” pun akan
semakin meningkat. Film Terminator dengan general AI-nya yang disebut dengan
Skynet bisa menjadi gambaran akan potensi kehancuran yang mungkin dapat
diproduksi oleh AI model itu. Max Tegmark, Presiden the Future of Life
Institute, seperti dikutip dari laman futurelife.org, mengatakan bahwa ketika
mempertimbangkan risiko yang mungkin dibawa oleh AI, para ahli memikirkan
setidaknya dua skenario besar.
Yang pertama adalah ketika AI diprogram untuk melakukan sesuatu
yang bersifat menghancurkan seperti ketika digunakan untuk perang. Risiko yang
saat ini muncul ketika narrow AI digunakan dalam perang, seperti untuk
menggerakkan senjata autonomous misalnya, akan berlipat ganda ketika general AI
mengambil alih.
Sementara yang kedua adalah ketika AI diprogram untuk melakukan
suatu hal yang menguntungkan, namun ia kemudian membangun sebuah metode yang
bersifat destruktif untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut, menurut Max dapat terjadi
ketika manusia gagal menyejajarkan secara utuh tujuan AI dengan tujuan manusia,
sebuah hal yang sesungguhnya sangatlah sulit untuk dilakukan.
“Jika sistem superintelligent
ditugaskan dalam sebuah proyek geoengineering ambisius, sistem itu mungkin mendatangkan
malapetaka pada ekosistem kita sebagai efek sampingnya, dan melihat upaya
manusia untuk menghentikannya sebagai ancaman,” jelas Max.
Nama-nama besar seperti Chief Executive Officer (CEO) Tesla Motors dan SpaceX Elon Musk
dan fisikawan genius Stephen Hawking juga telah mengungkapkan
potensi ancaman tersebut. Hawking menggarisbawahi bahwa teknologi primitif AI
yang digunakan saat ini sudah sangat berguna bagi manusia, namun ia takut
terhadap konsekuensi menciptakan sesuatu yang dapat bersaing atau bahkan
melebihi kemampuan manusia. “AI akan dapat berjalan sendiri dan mendesain
ulang dirinya sendiri pada tingkatan yang semakin meningkat,” katanya. “Manusia yang
dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak bisa bersaing dan akan
digantikan.”
Sementara itu, Musk juga pernah mengatakan kepada mahasiswa the
Massachusetts Institute of Technology (MIT) bahwa AI merupakan “ancaman
eksistensial terbesar” dari manusia. Risiko AI sendiri saat ini sudah dapat dirasakan
pada model narrow AI. Orang saat ini sudah terlalu terbiasa untuk menaruh
kepercayaan penuh pada sistem canggih yang diciptakan oleh manusia. Padahal,
sistem tersebut akan memberikan umpan balik berdasarkan data yang tersedia, di
mana data yang tersedia tersebut tidak selalu merupakan data yang ter-input
dengan baik. Ujungnya, tidak semua jawaban atau tindakan yang dilakukan oleh
narrow AI menjadi sempurna.
Meski demikian, Musk dan sejumlah peneliti lainnya masih tetap
meletakkan kepercayaan mereka terhadap AI. Musk, misalnya telah bergabung
dengan sejumlah miliarder lainnya seperti co-founder Paypal Peter Thiel, untuk
memberikan dana bantuan sebesar $1 milyar kepada OpenAI, sebuah perusahaan
non-profit yang bertujuan untuk mengembangkan AI untuk manfaat kemanusiaan.
Andrew Ng di Stanford University yang juga kepala ilmuwan raksasa internet Cina
Baidu mengatakan bahwa ketakutan pada bangkitnya robot pembunuh itu seperti
mengkhawatirkan kelebihan penduduk di Mars.
Di sisi lain, berdasarkan data yang dari Accenture dan Frontier
Economics yang diolah Statista, AI memiliki potensi untuk meningkatkan Gross Value
Added (GVA) negara-negara di dunia pada tahun 2035. Pada tahun
tersebut, AI diperkirakan dapat meningkatkan GVA Amerika Serikat dari 2,6
persen menjadi 4,6 persen, United Kingdom dari 2,5 persen menjadi 3,9 persen,
Belanda dari 1,6 persen menjadi 3,2 persen dan Jepang dari 0,8 persen menjadi
2,7 persen.
Pendapatan pasar AI global juga diperkirakan akan terus meningkat.
Jika pada tahun 2015 “hanya”mencapai angka $126 miliar, maka
pada tahun 2024 diproyeksikan mampu mencapai angka $3 triliun. Dengan statistik
dan manfaat sedemikian rupa, terlepas dari kemungkinan risiko yang dibawanya,
potensi AI jelas begitu sayang untuk disia-siakan.
Saat ini, banyak sekali penelitian yang sedang dilakukan untuk
menjamin faktor keamanan dari general AI di masa depan. Penelitian itu tidak
hanya dilakukan oleh para pengembang model AI tersebut, namun juga universitas
dan lembaga independen. DeepMind, yang merupakan bagian dari grup Alphabet (perusahaan
induk Google Inc.) merupakan salah satu perusahaan tersebut.
Mereka percaya bahwa AI tetap merupakan kunci menuju masa depan,
dan akan menjadi bagian yang lebih terintegrasi dalam kehidupan masyarakat
Global. Dunia sudah bergerak sedemikian cepat dan sementara itu di Indonesia
orang masih saja “sibuk” dengan kasus Kanjeng Dimas,
dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama, serta kasus kopi sianida
Jessica Kumala Wongso.
Saat ini sudah banyak teknologi kecerdasan buatan yang dihasilkan
dan dipakai oleh manusia. Misalnya saja seperti robot asimo yang bisa menaridan
berjalan atau pada permainan komputer yang dirancang untuk membuat manusia
berpikir keras untuk mengalahkannya. Maka dari itu, semoga artikel kali ini
bisa bermanfaat bagi kita semua dan mudah-mudahan menjadikan motivasi dalam
mengembangkan ilmu Pengetahuan dan Teknologi di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar