Senin, 08 Oktober 2018

Sistem Cerdas





Pernahkah anda merasa kalah saat melawan komputer ketika sedang bermain sebuah game permainan catur? Nah, jika anda pernah mengalami hal tersebut, anda pasti langsung berpikir bahwa bukankah manusia memiliki kecerdasan sedangkan komputer hanyalah sebuah sistem, bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi? Hal tersebut adalah contoh sederhana dari kecerdasan buatan yang ada pada permainan catur di dalam sistem komputer.
Yah, seperti yang kita ketahui bahwa dunia teknologi memang tidak pernah berhenti untuk mengeluarkan inovasi-inovasi canggih, termasuk yang seperti di atas, yaitu teknologi yang menggunakan sistem kecerdasan buatan atau lebih sering disebut Artifical Intelligence (AI).
Nah, untuk anda yang masih bingung mengenai apa itu Artifical Intelligence atau kecerdasan buatan, silahkan simak penjelasannya mengenainya di bawah ini.

Apa Itu Kecerdasan Buatan?

Kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) adalah kemampuan komputer untuk bertindak seperti manusia. Termasuk beberapa aplikasi, perangkat lunak simulasi dan Robotika. Namun kecerdasan buatan yang paling sering digunakan dalam video games, dimana komputer dibuat untuk bertindak sebagai pemain lain.
Kecerdasan buatan juga sering digunakan dalam berbagai macam video game, termasuk board games, side-scrollers, dan 3D action games. AI juga memainkan peran besar dalam sport games, seperti permainan sepak bola dan bola basket. Karena kompetisi hanya sebagai baik sebagai komputer artificial intelligence, AI adalah aspek yang penting dari sebuah permainan.
Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku, pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam AI menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah.
Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah kehidupan yang nyata. Sistem AI sekarang ini sering digunakan dalam bidang ekonomi, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang telah dibangun dalam beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video game. Kecerdasan buatan ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan tetapi juga mengkonstruksinya.
Secara sederhana AI adalah teknik dan ilmu untuk membuat suatu mesin menjadi cerdas, terutama untuk program komputer. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan seperti yang dimiliki manusia, sehingga sebuah komputer dapat mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah dengan pemikiran seperti seorang manusia.
Tujuan penilitian dari AI meliputi penalaran, pengetahuan, perencanaan, pembelajaran, pemrosesan bahasa alami, persepsi dan kemampuan untuk mengerakan dan memanipulasi objek. Kecerdasan umum adalah salah satu tujuan jangka panjang dari AI. AI sudah menciptakan sejumlah besar alat untuk menyelesaikan masalah yang sulit pada bidang komputer. Bidang AI mengacu pada ilmu komputer, matematika, psikologi, linguistik, filsafat, ilmu saraf, psikologi buatan dan banyak lainnya.

Konsep Pembuatan Kecerdasan Buatan

Turing Test
Turing Test merupakan sebuah metode pengujian kecerdasan yang dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan seorang penanya (manusia) dan dua obyek yang ditanyai. Yang satu adalah seorang manusia dan satunya adalah sebuah mesin yang akan diuji. Penanya tidak dapat melihat langsung kepada obyek yang ditanyai. Penanya diminta untuk membedakan mana jawaban komputer dan mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua obyek tersebut. Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji tersebut dapat diasumsikan cerdas.
Pemrosesan Simbolik
Komputer semula didesain untuk memproses bilangan atau angka-angka (pemrosesan numerik). Sementara manusia dalam berpikir dan menyelesaikan masalah lebih bersifat simbolik, tidak didasarkan pada sejumlah rumus atau melakukan komputasi matematis. Sifat penting dari Al adalah bahwa Al merupakan bagian dari ilmu komputer yang melakukan proses secara simbolik dan non-algoritmik dalam penyelesaian masalah.
Heuristic
Istilah heuristic diambil dari bahasa Yunani yang berarti menemukan. Heuristic merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian (search) ruang problem secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar.
Penarikan Kesimpulan
Al mencoba membuat mesin memiliki kemampuan berpikir atau mempertimbangkan (reasoning). Kemampuan berpikir (reasoning) termasuk di dalamnya proses penarikan kesimpulan (inferencing) berdasarkan fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristik atau metode pencarian lainnya.
Pencocokan Pola
AI bekerja dengan metode pencocokan pola (Pattern Matching) yang berusaha untuk menjelaskan obyek, kejadian (events) atau proses, dalam hubungan logik atau komputasional.

Jenis Penerapan Kecerdasan Buatan

Pada implementasinya, AI diterapkan dalam bentuk algoritma yang kemudian algoritma tersebut direalisasikan dalam bentuk program komputer. Berikut ini penerapan AI dalam beberapa sistem, yaitu:
Pengenalan Suara (Speech Recognition)
Komputer yang mampu mengenali suara manusia mulai dapat direalisasikan. Perintah tidak lagi di-input dengan cara mengetik, tetapi melalui perintah suara user. Realisasi nyata dari kecerdasan buatan ini kini dapat ditemui secara luas pada smartphone.
Sistem Pakar (Expert System)
Ini memungkinkan sistem untuk mengambil keputusan atau melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan (knowledge) yang sudah ditanamkan sebelumnya. Misalnya, komputer dapat mendiagnosis penyakit dengan memasukkan gejala-gejala yang dialami pasien.
Visualisasi Komputer (Computer Vision)
Sama halnya dengan mengenali suara, kecerdasan buatan pada visualisasi ini memungkinkan mesin untuk mengenali input visual. Pada praktiknya, robot yang dibekali kecerdasan visual sekalipun masih belum mampu mengungguli kecerdasan manusia dalam mengenali gambar.
Permainan (Game Play)
Pada permainan yang memiliki fasilitas user melawan komputer, sebagai mesin hitung komputer mampu melakukan kalkulasi sangat cepat. Oleh karena itu, dalam permainan, komputer dapat mengetahui berbagai kemungkinan peristiwa dan memutuskan langkah yang paling efektif untuk memenangkan permainan.

Teknologi Kecerdasan Buatan Yang Membantu Pekerjaan Manusia

  • Smacc
Smacc mungkin bukan teknologi pertama yang membantu manusia melakukan digitalisasi proses akuntansi, namun teknologi sebelumnya masih butuh bantuan manusia untuk melakukan input data secara manual. Dengan Smacc, klien cukup menyerahkan bon dan dokumen yang dibutuhkan. Smacc akan mengubah data ini menjadi format yang kompatibel untuk dibaca mesin ini, melakukan enkripsi dan perhitungan sesuai kebutuhan.
  • Babylon
Diagnosa penyakit sendiri mungkin tidak disarankan oleh pekerja medis profesional, namun seiring perkembangan zaman, robot dan aplikasi konsultasi kesehatan mulai meraih kepopuleran, misalnya aplikasi Alodokter di Indonesia. Aplikasi robot Babylon selain dapat melayani konsultasi personal juga dapat menjadi asisten yang menyimpan data kesehatan Anda untuk keperluan masa depan. Layanan kesehatan publik Inggris (British National Health Service) pun sedang melakukan tes terhadap efektivitas Babylon.
  • Alpha 2
Ini merupakan jenis robot pembantu pekerjaan rumah tangga buatan perusahaan China, UBTech Robotics. Hanya dengan ucapan perintah, Alpha 2 dapat melakukan berbagai pekerjaan dari pekerjaan rumah tangga, melaporkan laporan cuaca, hingga menari dan membacakan cerita sebelum tidur untuk anak-anak. Dengan teknologi kecerdasan yang semakin banyak, ke depan akan dikembangkan lebih banyak fungsi dari Aplha 2.
“Robot penting dalam menyediakan layanan di rumah yang baik dan bersahabat bagi keluarga dan anak-anak. Bagi orang tua yang merasa sulit untuk mengambil remote control atau menyalakan AC, hal-hal ini bisa dilakukan oleh robot,” ujar Li Zhen, General Manager Departemen Merek UBTech.
  • Robot Lengan Manusia
Jenis robot ini bernama Bestic. Robot yang bertugas sebagai pengganti lengan manusia dalam mengerjakan berbagai hal, seperti menyuap makanan ke mulut orang yang mengalami kesusahan menggerakkan tangan, atau lumpuh dan membantu dalam operasi bedah. Bestic dikembangkan oleh perusahaan asal Swedia, Camanio Care.
Kini pemerintah China tengah melirik Bestic yang digunakan untuk membantu di 10 panti jompo China dan membantu operasi bedah metode Da Vinci. Harga jual dari Bestic di Eropa mencapai 4.000 euro, namun harga di China masih belum diputuskan.
Lu Tonghua, Manajer Produk Zhongrui Funing Robotics Technology Beijing, mengatakan cara kerja Bestic ke depan akan disesuaikan dengan kebiasaan makan orang China di masa depan. “Bestic akan dikembangkan lebih dalam untuk disesuaikan dengan cara makan orang China khususnya lansia Cina yang suka makan sup atau mi tidak hanya membutuhkan sendok, namun juga sumpit,” ujar Lu.
  • Robot Kurir
Melihat bahwa sektor logistik mampu menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) China sebesar 14,9 persen pada tahun 2016, platform e-commerce China, JD.com mengembangkan robot kurir berbentuk drone. Robot kurir berbobot 200 kg yang dikembangkan JD.com mampu menghindari rintangan, terutama masalah kemacetan di daerah perkotaan.
Kini JD.com sedang mengembangkan pesawat tak berawak yang bisa mengirimkan paket dengan melewati pegunungan, sungai dan hutan di daerah pedesaan terpencil. Manajer Senior Humas JD.com, Zhang Zhitong, mengatakan peran robot kurir sangatlah penting, bahkan dia menganggap revolusi teknologi tidak akan menyebabkan pengangguran karena dalam merawat robot masih membutuhkan tenaga dari manusia.
“Revolusi teknologi tidak akan menyebabkan pengangguran, akan mendorong orang untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru. Pekerja pengiriman dapat belajar mengelola dan memelihara robot atau pesawat terbang,” kata Zhang.

Bagaimana Jika Kehidupan Masa Depan Dipenuhi Kecerdasan Buatan?

Bayangkan jika general AI menguasai dunia di masa depan. Suasana futuristik tentu saja hinggap pada fantasi kita, di mana segala hal yang kita lakukan, mulai dari memasak hingga mengelola sistem yang kompleks seperti jaringan perkapalan global, akan dengan mudah dilakukan dengan bantuan AI.
Namun seiring dengan makin hebatnya kemampuan AI dan semakin umum fungsinya, potensinya untuk berjalan ke arah yang “salah” pun akan semakin meningkat. Film Terminator dengan general AI-nya yang disebut dengan Skynet bisa menjadi gambaran akan potensi kehancuran yang mungkin dapat diproduksi oleh AI model itu. Max Tegmark, Presiden the Future of Life Institute, seperti dikutip dari laman futurelife.org, mengatakan bahwa ketika mempertimbangkan risiko yang mungkin dibawa oleh AI, para ahli memikirkan setidaknya dua skenario besar.
Yang pertama adalah ketika AI diprogram untuk melakukan sesuatu yang bersifat menghancurkan seperti ketika digunakan untuk perang. Risiko yang saat ini muncul ketika narrow AI digunakan dalam perang, seperti untuk menggerakkan senjata autonomous misalnya, akan berlipat ganda ketika general AI mengambil alih.
Sementara yang kedua adalah ketika AI diprogram untuk melakukan suatu hal yang menguntungkan, namun ia kemudian membangun sebuah metode yang bersifat destruktif untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut, menurut Max dapat terjadi ketika manusia gagal menyejajarkan secara utuh tujuan AI dengan tujuan manusia, sebuah hal yang sesungguhnya sangatlah sulit untuk dilakukan.
“Jika sistem superintelligent ditugaskan dalam sebuah proyek geoengineering ambisius, sistem itu mungkin mendatangkan malapetaka pada ekosistem kita sebagai efek sampingnya, dan melihat upaya manusia untuk menghentikannya sebagai ancaman,” jelas Max.
Nama-nama besar seperti Chief Executive Officer (CEO) Tesla Motors dan SpaceX Elon Musk dan fisikawan genius Stephen Hawking juga telah mengungkapkan potensi ancaman tersebut. Hawking menggarisbawahi bahwa teknologi primitif AI yang digunakan saat ini sudah sangat berguna bagi manusia, namun ia takut terhadap konsekuensi menciptakan sesuatu yang dapat bersaing atau bahkan melebihi kemampuan manusia. “AI akan dapat berjalan sendiri dan mendesain ulang dirinya sendiri pada tingkatan yang semakin meningkat,” katanya. “Manusia yang dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak bisa bersaing dan akan digantikan.”
Sementara itu, Musk juga pernah mengatakan kepada mahasiswa the Massachusetts Institute of Technology (MIT) bahwa AI merupakan “ancaman eksistensial terbesar” dari manusia. Risiko AI sendiri saat ini sudah dapat dirasakan pada model narrow AI. Orang saat ini sudah terlalu terbiasa untuk menaruh kepercayaan penuh pada sistem canggih yang diciptakan oleh manusia. Padahal, sistem tersebut akan memberikan umpan balik berdasarkan data yang tersedia, di mana data yang tersedia tersebut tidak selalu merupakan data yang ter-input dengan baik. Ujungnya, tidak semua jawaban atau tindakan yang dilakukan oleh narrow AI menjadi sempurna.
Meski demikian, Musk dan sejumlah peneliti lainnya masih tetap meletakkan kepercayaan mereka terhadap AI. Musk, misalnya telah bergabung dengan sejumlah miliarder lainnya seperti co-founder Paypal Peter Thiel, untuk memberikan dana bantuan sebesar $1 milyar kepada OpenAI, sebuah perusahaan non-profit yang bertujuan untuk mengembangkan AI untuk manfaat kemanusiaan. Andrew Ng di Stanford University yang juga kepala ilmuwan raksasa internet Cina Baidu mengatakan bahwa ketakutan pada bangkitnya robot pembunuh itu seperti mengkhawatirkan kelebihan penduduk di Mars.
Di sisi lain, berdasarkan data yang dari Accenture dan Frontier Economics yang diolah Statista, AI memiliki potensi untuk meningkatkan Gross Value Added (GVA) negara-negara di dunia pada tahun 2035. Pada tahun tersebut, AI diperkirakan dapat meningkatkan GVA Amerika Serikat dari 2,6 persen menjadi 4,6 persen, United Kingdom dari 2,5 persen menjadi 3,9 persen, Belanda dari 1,6 persen menjadi 3,2 persen dan Jepang dari 0,8 persen menjadi 2,7 persen.
Pendapatan pasar AI global juga diperkirakan akan terus meningkat. Jika pada tahun 2015 “hanya”mencapai angka $126 miliar, maka pada tahun 2024 diproyeksikan mampu mencapai angka $3 triliun. Dengan statistik dan manfaat sedemikian rupa, terlepas dari kemungkinan risiko yang dibawanya, potensi AI jelas begitu sayang untuk disia-siakan.
Saat ini, banyak sekali penelitian yang sedang dilakukan untuk menjamin faktor keamanan dari general AI di masa depan. Penelitian itu tidak hanya dilakukan oleh para pengembang model AI tersebut, namun juga universitas dan lembaga independen. DeepMind, yang merupakan bagian dari grup Alphabet (perusahaan induk Google Inc.) merupakan salah satu perusahaan tersebut.
Mereka percaya bahwa AI tetap merupakan kunci menuju masa depan, dan akan menjadi bagian yang lebih terintegrasi dalam kehidupan masyarakat Global. Dunia sudah bergerak sedemikian cepat dan sementara itu di Indonesia orang masih saja “sibuk” dengan kasus Kanjeng Dimas, dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama, serta kasus kopi sianida Jessica Kumala Wongso.
Saat ini sudah banyak teknologi kecerdasan buatan yang dihasilkan dan dipakai oleh manusia. Misalnya saja seperti robot asimo yang bisa menaridan berjalan atau pada permainan komputer yang dirancang untuk membuat manusia berpikir keras untuk mengalahkannya. Maka dari itu, semoga artikel kali ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan mudah-mudahan menjadikan motivasi dalam mengembangkan ilmu Pengetahuan dan Teknologi di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar